Goresan Pena

Goresan Pena
Di tiap goresan tinta ini, aku mengukir syair, dan membuatku menari dalam anganku

Kamis, 29 November 2012

Yang Terindah Dibalik Air Mata

Masih teringat jelas saat itu, api temaram, hening... petir memecah sunyi... Kata - kata itu buatku berdiri terpaku, dan jatuh menyatu dengan pertiwi. "Tak mungkin lagi bersama. Jalanmu masih panjang, kau begitu indah tuk aku miliki. Kau suci, bagaikan merpati putih. Tak pantas untuk ada di hidupku yang gelap ini. Tak lama lagi janur itu pun ada hiasi depan rumah. Maaf, masih banyak di luar sana menantimu..." dan aku pun hanyut dalam pelukmu. Kembali kau tinggalkan ku ingatan saat kita menjadi satu dalam balutan api yang membara. Bagaimana dapat aku melepasmu?

Terkadang aku berpikir, apa harus jarak usia yang menjadi satu titik masalah dalam suatu hubungan? Banyak pertanyaan yang ingin ku tau jawabnya. Apakah salah bila ku berharap dan menaruh hati pada orang yang lebih dewasa dan dia yang tlah membuatku nyaman di dekatnya.....

Saat itu ingin rasanya aku pergi jauh, menyendiri, jauh dari semua. Karna ku tau sesungguhnya tlah ada alasan yang membuatnya tersenyum, alasan membuatnya tetap melanjutkan hidup, dan alasan itu bukanlah aku. Aku tak lagi berarti dalam hidupnya. Tak satu pun yang mengetahui rencana Ida.

Kini ku merasa kehilangan.. Hidup, alasan untuk tersenyum, bertahan, saat itu aku benar - benar rapuh. Purnama pun tak sanggup mengisi hati yang tlah redup. Ingin bibir senandungkan berjuta sesal. Tapi aku tetap dalam sadarku, tak guna airmata di akhir kisah. Karna kisah ini masih terus berlanjut selama aku mampu bernafas.

Dengar, dengarkan nyanyian itu. Irama merdu, harmoni, kembali bangunkanku. Bukan mentari, bukan purnama, bahkan bukanlah sebuah lilin. Ia bagai kandil dalam hati. Sinar dari mata seorang yang tulus, seorang yang sangat dekat, seorang yang dulu tempat ku berbagi keluh.


Ya, dialah jawabanNya. Memang kini saatnya tuk aku apresiasikan semua yang dulu ada. Semua rasaku.... Dia, jawaban terindah dariNya. Dia penghapus airmata ini, dia pemberi semangat, mengajakku menari dalam lembar baru. Bernyanyi dan berdansa. Dialah sahabatku, sahabat yang kini mengajakku bangkit dan membuka mata, bahwa kisahku tak kan pernah berakhir. Wisnu....